Sudah sepatutnya kita menjaga satu-satunya planet yang kita tempati ini. Bumi sudah menjukkan betapa tua rentanya ia. Pemanasan global, menipisnya ozon, mencairnya es di kutub menjadi beberapa tanda ia sudah rapuh. Menjaga kelestarian alam adalah salah satu cara mencegah terjadinya pemanasan global. Sayangnya masih banyak orang yang tidak sadar akan hal ini. Tidak sedikit juga yang tidak peduli dengan itu. Gerakan-gerakan peduli lingkungan sudah mulai banyak dibicarakan dan diterapkan. Menjadi pegiat lingkungan merupakan sebuah langkah kecil dalam menyayangi alam. Adalah Andhini Miranda, ia mungkin hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Yang tidak biasa, ia dan keluarganya menerapkan gaya hidup zero waste. Pernahkah kamu terbayangkan jika hidupmu hampir tidak meninggalkan sampah? Semua sampah yang kamu peroleh harus diolah dengan mandiri sehingga tidak meninggalkan jejak.
Awal Mula
Memilih gaya hidup mengurangi sampah memang tidak mudah. Andini Miranda atau yang akrab disapa Andhin memulai hidup minim sampah pada tahun 2012. Ia memulai dengan langkah sedikit demi sedikit. Kesadaran akan sampah dari rumah tangga yang sangat banyak, terlebih banyak orang yang menghabiskan waktu di rumah saja semenjak pandemi sehingga sampah sekali pakai semakin banyak, membuat Andhin bertekad untuk hidup dengan mengolah sampah dengan mandiri. Ia mempelajri alur sampah yang ada di Indonesia untuk mengetahui kemana sampah-sampah itu berakhir. Sedihnya, sebagian besar sampah hanya berakhir di penumpukan tempat pembuangan akhir (TPA), sedangkan hanya sebagian kecil yang dapat didaur ulang. Andhin pun tidak ingin anaknya akan tumbuh besar di lingkungan yang banyak sampah, sehingga ia memutuskan untuk merubah gaya hidup minim sampah. Begitu ia menyadari bahwa popok bayi yang akan digunakan anaknya mengandung bahan yang tidak dapat terurai, ia beralih menggunakan popok kain.
Konsisten
Gaya hidup yang Andhin terapkan baru benar-benar efektif dan terasa signifikan dampaknya pada tahun 2018. Di saat yang bersamaan, ia menghilangkan fungsi tempat sampah secara total. Dikarenakan tidak adanya tempat sampah, Andhin dan keluarga selalu memikirkan apakah akan ada potensi sampah dari barang yang dibeli. Hal ini membuat ia lebih bijak dalam berbelanja dan memilih apa yang sebaiknya dikonsumsi. Lalu bagaimana dengan sampah non-organik lainnya? Andhin memilah sampah non-organik sesuai kriterianya sebelum dijemput oleh petugas tempat sampah daur ulang. Namun sejak 2018, ia sudah sangat meminimalisir plastic.
Produk-produk yang ia gunakan dalam rumah tangga adalah produk yang ramah lingkungan. ia bahkan membuat beberapa produk rumah tangga sebagai pengganti produk yang tidak ramah lingkungan seperti sabun mandi, sampo, pencuci piring, pembersih lantai, hingga deterjen. Ia memilih berbelanja di toko-toko curah untuk kebutuhan pokok. Tidak lupa membawa kantong belanja sendiri agar tidak perlu membawa sampah bungkusan dari luar. Begitupun ketika ia harus berbelanja di supermarket, Andhin sudah mempersiapkan wadah untuk bahan-bahan seperti ayam, bumbu dapur, buah, dan sayur.
Ibu penggiat lingkungan ini juga mengakui bahwa tidak mudah untuk bisa sepenuhnya menerapkan hidup tanpa sampah. Membutuhkan waktu untuk penyesuaian sejak awal memulai di tahun 2012 hingga saat ini. Terlebih ia dan suami tidak punya latar belakang mengenai ilmu lingkungan atau kimia. Namun, konsistensi dan keinginan untuk terus belajar yang selalu ia usahakan akhirnya membuahkan hasil.
Memaksimalkan Instagram
Segala hal baik harus selalu dibagikan. Begitupun dengan apa yang sudah Andhin dan keluarga lakukan. Gerakan mandiri yang dahulunya hanya bermula dari rumahnya, kini gerakan dan kampanyenya mulai meluas ke berbagai kalangan. Tetangga sekitar rumah Andhin juga sudah turut memilah sampahnya.
Melalui akun instagramnya @021suarasampah, ia membagikan kegiatannya dalam menjalani hidup tanpa sampah. Dapat dilihat dari setiap unggahannya yang menceritakan tentang bagaimana ia memaksimalkan penggunaan suatu produk. Dari akun tersebut juga bisa ditemukan bahwa hampir semua benda yang berada di rumahnya ialah benda daur ulang atau yang ramah lingkungan. Seperti botol kaca bekas selai atau produk minuman yang ia gunakan menjadi tempat untuk menaruh bahan makanan.
Tak hanya itu, Andhin sendiri sudah menjadi pembicara atau narasumber di berbagai acara. Ia juga rutin menayangkan dialog virtual yang membahas berbagai macam hal mengenai pencegahan dan pengelolaan sampah. Berbagai pelatihan dan edkasi juga kerap ia lakukan sebelum pandemi menyerang Indonesia. Meski begitu, Andhin juga mengatakan kalau tidak mudah mengajak lebih banyak orang untuk mau memulai pola hidup berkelanjutan. Ia juga memaparkan, setiap orang bisa memulai pola hidup berkelanjutan dengan berbagai cara yang sederhana, seperti mengurangi dan memilah sampah. Dengan begitu, ia berharap akan kekonsistenan ia dalam menjalani hidup minim sampah akan menginspirasi banyak orang.
Comments