top of page
Gambar penuliswewadahan

Dampak fast fashion terhadap lingkungan dan sosial

Seiring berkembangnya teknologi dan meningkatnya kebutuhan hidup manusia, kebutuhan sandang kini tak hanya difungsikan sebagai penutup badan saja. Suatu masyarakat bisa dikenali identitasnya melalui cara berpakaian maupun gaya penampilannya. Tua maupun muda kini sudah memikirkan bagaimana cara memadu padankan pakaian agar terlihat cocok dan serasi dengan mood.


Memiliki banyak baju memang terlihat menyenangkan karena kita tidak perlu merasa kebingungan ketika ingin memadu padankan baju, namun perilaku konsumerisme inilah yang menimbulkan permintaan akan baju terus meningkat seiring berjalannya waktu. Industri garment dituntut untuk memenuhi pasar tersebut, sehingga produksi baju terus dilakukan dengan membuat trend model tertentu untuk jangka waktu yang tidak lama. Di beberapa negara yang mempunyai 4 musim, perkembangan koleksi baju akan mengikuti musim. Hal ini disebut dengan fast fashion di mana pakaian diproduksi masal untuk jangka waktu yang singkat.


Perilaku seperti ini menimbulkan dampak buruk tidak hanya pada lingkungan namun juga sosial. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari fast fashion ini? Berikut Wewadahan rangkum dampak akibat fast fashion yang berpengaruh ke beberapa aspek.


1. Menciptakan lingkungan kerja yang tidak adil


Target yang begitu tinggi ditiap harinya membuat para buruh diperlakukan kurang adil dan tidak etis. Ketidaklonggaran peraturan membuat mereka terus bekerja di bawah tekanan dengan upah yang tidaklah seberapa. Fasilitas yang didapat pun tidak memadai. Tahukah kamu tragedi Rana Plaza di Bangladesh yang terjadi beberpa tahun silam? Rana Plaza adalah sebuah gedung berlantai delapan yang dihuni beberpa toko, kantor, dan pabrik garmen yang rubuh secara tiba-tiba dan menyebabkan ribuan korban meninggal dan terluka. Salah satu penyebabnya adalah penambahan lantai yang tidak berizin yang digunakan sebagai pabrik garmen.


2. Pencemaran lingkungan

source: the boston globe


Industri fashion merupakan salah satu dari 5 penyumbang pencemaran terbesar di dunia. Sebagian besar pakaiannya terbuat dari bahan sintetis seperti polyester yang membutuhkan waktu hingga 200 tahun untuk bisa terurai. Proses pembuatan benang sintetis pun penuh dengan bahan kimia dan menggunakan banyak air. Ditambah lagi dengan pewarna kain yang juga beracun, dan sayangnya itu semua berakhir di saluran air. Selain itu, petani yang menanam kapas guna pembuatan benang tekstil menggunakan pestisida agar membuatnya tetap tumbuh, namun sayangnya pestisida mempunyai dampak buruk bagi ekosistem dan kesehatan parapetaninya. Kemudian ketika kamu mencuci pakaian dengan deterjen yang mengandung bahan kimia. Pada dasarnya, seluruh proses pakaian mode cepat tidak memerhatikan lingkungan alam dan manusia.


3. Menjadikan kita konsumtif dan boros


Siapa yang tidak menyukai pakaian dengan harga terjangkau? Semua orang pasti tergoda untuk membeli baju dengan harga yang lebih murah. Di samping pakaian itu berguna atau tidak, kita seringkali terbawa oleh hasrat keinginan yang lebih tinggi dari pada kebutuhan yang sebenarnya. Misalnya, kita melihat baju yang sedang trend di kalangan seumuran kita dan melihat memakai baju itu akan terlihat keren. Karena keinginan kita untuk terlihat modis dan keren inilah yang mendorong kita membeli baju itu. Bahkan tak jarang juga beberapa orang membeli dalam jumlah banyak agar bisa berganti model. Namun apakah kamu sadar akan kualitas yang tidak seberapa dengan kerusakan lingkungan yang tinggi juga tenaga kerja yang tidak adil di balik pakaian tersebut? Kenali apa yang kamu butuhkan sebelum membelinya. Bersyukurlah jika kamu sudah menyadari ini dan mengurangi sifat konsumtif dan impulsif dalam berbelanja.


4. Eksploitasi budaya, rasisme, dan desain yang dicuri

source: Popbela


Banyak merk-merk internasional yang saling bersaing membuat trend mode secepat mungkin. Tak jarang juga mereka saling mencuri desain dari rumah mode terbesar supaya dapat memproduksinya dengan harga yang murah. Tujuannya tak lain adalah supaya menarik konsumen pasar kelas menengah dan ke bawah. Tidak sedikit yang mencurinya dari desainer kecil yang mana seharusnya kita menghargai mereka yang sedang berupaya untuk membesarkan namanya. Yang sering terjadi di panggung peragaan busana internasional adalah eksploitasi budaya di mana suatu budaya tertuang dalam pakaian atau diperagakan dengan kurang layak. Mengingat rasisme dan culture appropriation sangat sensitif di beberapa negara.


Fast fashion atau mode cepat sangatlah tidak baik untuk lingkungan maupun sosial. Namun yang terjadi saat ini adalah masih banyaknya permintaan akan mode cepat sehingga industri ini masih terus berjalan hingga saat ini, masih menjadi penyumbang polusi terbanyak di dunia. Perubahan besar memang tidak terjadi begitu saja, kita bisa memulainya dari diri kita sendiri. Apa saja kiat-kiat agar kita tidak terlalu terpengaruh dengan siklus mode cepat ini? Di artikel selanjutnya, Wewadahan akan membahas bagaimana kita menghentikan mode cepat ini. Stay tune, ya!

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page